Sisi News | Bangkok : Federasi Industri Thailand memperingatkan, barang-barang China yang murah dapat menyebabkan “tsunami” di Thailand dan di kawasan Asia Tenggara. Pada tahun 2023 produk impor berbiaya rendah tersebut telah menyebabkan penutupan hampir 2.000 pabrik di Thailand.
Pavida Pananond, profesor bisnis internasional di Sekolah Bisnis Thammasat di Universitas Thammasat di Thailand, mengatakan barang-barang China yang murah atau modal China sering kali terkonsentrasi di industri e-commerce dan kendaraan listrik Thailand.
Meskipun investasi China telah meningkatkan penanaman modal asing di Thailand, hal itu juga telah mempersulit banyak perusahaan lokal yang lebih kecil untuk bertahan hidup
Namun China membela diri terhadap tuduhan bahwa negara itu membanjiri pasar Thailand dengan barang-barang murah dan merugikan bisnis lokal. Seperti dilansir dari Voa, Dalam unggahan di akun Facebook resminya pada tanggal 4 September, Kedutaan Besar China di Thailand menyebut perdagangan antara kedua negara “saling menguntungkan.”
“Hampir 80% barang yang diimpor Thailand dari China adalah barang modal dan barang setengah jadi yang digunakan untuk produksi dan nilai tambah sebelum diekspor,” kata pernyataan tersebut.
Sebagian besar dari apa yang disebut sebagai barang murah itu “adalah produk yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, makanan, produk kesehatan, pakaian, aksesori, dan lain-lain, yang jumlahnya kurang dari 10% dari total nilai barang yang diimpor dari China,” imbuh pernyataan itu.
Pernyataan itu muncul setelah Thailand mengumumkan langkah-langkah baru untuk memerangi masuknya impor barang murah dari China yang mengancam sektor manufakturnya.
Komentar