Pengidap Kanker Payudara di Sumut Meningkat 

Penulis: DominicEditor: Christoper AN

Sisi News | Medan : Wilayah Sumatra Utara (Sumut) tidak termasuk dalam 7 provinsi terbesar di Indonesia sebagai penderita kanker payudara.

Namun menurut data Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Sumut, dari 5 tahun terakhir, penyakit ini semakin banyak yang mengidap.

Sekretaris YKI Sumut Siti Zahara Nasution mengatakan, adapun 7 provinsi yang terbanyak mengidap penyakit kanker payudara berada di wilayah Jogjakarta, DKI Jakarta, Sumatera Barat, Papua Selatan, Jawa Barar, Jawa Timur dan Bali. 

Untuk wilayah Sumut tidak termasuk tinggi, namun kenyataannya penyakit ini semakin banyak yang mengidap khususnya kanker payudara.

“Pada tahun 2023, kita mendata dari 4 rumah sakit rujukan di Sumut kasus lama Januari sampai Desember 2022 kasus kanker payudara itu, kita dapati yang berobat ke rumah sakit hanya 286 orang. Namun, pada awal 2024, artinya yang berobat ke rumah sakit dari Januari sampai Desember 2023 ada 848 kasus, data ini meningkat 300 persen jumlah penderita kanker payudara,” ucap Siti, Sabtu (12/10/2024).

Menurut Siti, ada dua hal penyebab angka pengidap kanker payudara itu, seperti yang menderita semakin banyak. Kemudian, untuk yang berobat ke rumah sakit semakin banyak.

“Satu sisi hal yang bagus mereka mendatangi pelayanan kesehatan. Di sisi lain kita sedih juga kenapa gak selesai, artinya kok ada penderita baru terus,” ungkapnya.

Pola hidup kata Siti harus dirubah menjadi pola hidup sehat dengan melakukan cerdik tes kesehatan secara teratur, hindari asap rokok, rajin berolahraga, diet atau konsumsi makanan seimbang dan istirahat yang cukup serta mengelola stres yang baik agar kita bisa terhindar atau mengurangi risiko kejadian kanker.

Sejauh ini, YKI siap mendampingi pasien untuk mendapatkan pelayanan pengobatan ke rumah sakit bagi para penderita kanker.

“Untuk informasi kepada masyarakat, bahwa seluruh pengobatan kanker ini ditanggung oleh BPJS.Makanya YKI juga kesulitan, jika ada pasien yang tidak ada BPJS-nya atau BPJS-nya ada tapi menunggak itu menjadi kesulitan pertama,” kata dia.

Siti menyarankan, warga mendeteksi dengan cara melakukan SADARI (periksa payudara sendiri).Jika menemukan atau mencurigai sesuatu yang berbeda, maka harus mendatangi pelayanan kesehatan guna dilakukan sadanis (periksa payudara secara klinis) bisa nanti dengan USG atau dengan mamografi.     

Komentar