Sisi News | Jakarta : Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Rabu (25/9/2024) kini semakin melambung.
Dilansir dari Bloomberg, rupiah naik 0,56 persen atau 85 poin ke posisi Rp15.102 per dolar AS.
Analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelaku pasar sedang menunggu isyarat suku bunga lebih lanjut dari The Fed. Hal tersebut diharapkan dapat tertangkap dari pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, pekan ini.
Sedangkan Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) yang akan dirilis Jumat (27/9/2024) juga menjadi indikator inflasi pilihan The Fed.
“Diharapkan ini menjadi faktor penentu rencana bank sentral AS terkait suku bunga,” ujarnya.
Ibrahim mengutip analisis yang menyebutkan The Fed kemungkinan menurunkan suku bunga dengan total 125 basis poin (bps). Goldman Sachs memperkirakan penurunan 25 bps selama setiap pertemuan The Fed dari November hingga Juni 2025.
Kontraksi aktivitas bisnis di Eropa, terutama Jerman, juga mempengaruhi sentimen pelaku pasar uang. Tanda-tanda pelemahan ekonomi dapat meningkatkan peluang bank sentral Eropa memangkas suku bunga kembali pada Oktober 2024.
Di Tiongkok, bank sentral telah menggelontorkan paket stimulus ekonomi yang mendorong harapan pertumbuhan yang lebih baik. Namun, analis berpendapat perlu lebih banyak stimulus untuk menopang pertumbuhan yang lebih tinggi.
Dari dalam negeri, Ibrahim kembali menyoroti pemangkasan suku bunga Bank Indonesia yang ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pemangkasan suku bunga juga diharapkan berimbas pada stabilitas nilai tukar rupiah.
“Yang terpenting adalah peran kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi,” ujarnya. Jika sebelumnya BI mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran, kali ini juga melalui kebijakan moneter.
Komentar