Sisi News | Jakarta: Faktor eksternal dinilai berpotensi menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Analis Pasar Uang, Ariston Tjendra mengatakan, itu dapat terjadi, meskipun ada sedikit sentimen positif dari susunan kabinet baru.
Seperti dilansir dari kbrn, Rupiah turun 0,15 persen atau 22,50 poin. Nilai tukar rupiah pun berada di posisi Rp15.503 per dolar AS, pada penutupan perdagangan Senin pekan ini.
“Pagi Ini indeks dolar AS sudah mendekati 104, lebih tinggi dari pergerakan pagi sebelumnya di kisaran 103,40-an. Masih kuatnya dolar AS bisa mendorong pelemahan rupiah hari ini terhadap dolar,” katanya, Selasa (22/10/2024).
Kenaikan indeks dolar disebabkan ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga lebih besar oleh The Fed menurun. Isyarat suku bunga tersebut terlihat dari pernyataan dua petinggi The Fed semalam, Neil Kashkari dan Jeffrey Schmid.
“Keduanya menyiratkan pemangkasan suku bunga tidak akan dalam lagi. Ini menurunkan ekspektasi pemangkasan yang lebih besar sehingga mendorong penguatan dolar AS lagi,” ucap Ariston.
Selain itu, tambahnya, ketegangan di Timur Tengah yang meninggi juga mendorong penguatan dolar AS. Pasar khawatir dengan perang baru terutama antara Israel dengan Iran.
“Di sisi lain, kabinet baru kelihatannya masih memberikan sentimen positif ke rupiah. Karena menteri ekonominya kebanyakan menteri di pemerintahan sebelumnya,” ujar Ariston.
Pasar melihat keberadaan menteri-menteri sebelumnya sebagai keberlanjutan di pemerintahan yang baru. Hal ini memberikan sentimen positif bagi pasar.
“Potensi pelemahan rupiah hari ini ke arah Rp15.550. Adapun potensi support di sekitar Rp15.430 per dolar AS,” ucap Ariston menutup analisisnya.
Komentar